Beidewe,,, kemarin iseng-iseng gue nanya-nyanya
sama nyokap gimana sih zaman dia sekolah dulu. Dan setelah banyak bercerita ada
beberapa hal yang berbeda dari pengajar zaman dahulu dengan pengajar zaman
sekarang.
Pertama,
zaman nyokab dulu sekolah, pengajar itu gak ada bedanya sama penceramah. Dan itu berdampak pada orang tua
zaman sekarang. Orang tua zaman sekarang cenderung sering menceramahi anaknya.
Jadi jangan salahkan orang tua kalian kalau kalian di ceramahi, karena itu
adalah andil besar dari guru-guru mereka zaman dahulu. Berbeda dengan pengajar
zaman sekarang, yang lebih suka membebaskan muridnya untuk belajar sendiri.
Datang ke kelas mengabsen, memberikan bahan dan menyuruh muridnya untuk
mendiskusikan hal itu. Nah makanya anak-anak zaman sekarang lebih suka
berdiskusi di kelas waktu di ajar sama guru, bahkan ketika ujian pun murid-murid
juga berdiskusi. Maka dari itu jangan salahkan murid jikalau ketika di kelas
ramai berdiskusi sendiri, atau ketika ujian saling tanya sesama teman. Itu
bukan salah murid semata, karena andil guru juga.
Kedua,
guru zaman dulu lebih punya kekuasaan mutlak atas muridnya. Guru zaman dulu
ketika di kelas sangat berwibawa, sehingga ketika berceramah di kelas murid
akan mendengarkan dengan serius dan
seksama. Muridpun tidak akan merasa mengantuk ketika diceramahi guru,
karena ketika murid mengantuk dan ketahuan tidur dikelas, guru mempunyai
senjata untuk membuat muridnya tidak mengantuk. Yaitu, papan penggaris dan
penghapus. Ketika murid mengantuk, radar di penggaris atau di penghapus
berbunyi, dan pada saat itu guru langsung merespon dengan mengayunkan atau
melemparkan papan penggaris atau penghapus itu ke arah murid yang mengantuk.
Sehingga seketika itu hilang lah rasa kantuk muridnya. ( tipis yah bedanya
berwibawa sama sadis). Nah, kalau guru zaman sekarang tidak bisa melakukan
aplikasi semacam itu kepada muridnya. alasannya simpel, guru jaman sekarang
tidak bisa melakukan hal serupa, karena murid udah pinter untuk melawan
kehendak gurunya. Sebagai contoh nih, kalo ada murid yang mengantuk di kelas,
trus guru itu nglempar pake penghapus, murid bakalan bangun tapi setelah bangun
dilempar balik gurunya pakai papan. Jika seperti itu pasti akan berakhir dengan
rebut. Dan hasilnya muridlah yang akan menang, karena apa? Karena murid
mempunyai KPAI. Jadi kalau di pukul sama guru tinggal lapor deh ke kak seto. Aman
kan aman cuyyy!!!!!
Yang
ketiga, dan yang paling pamungkas nih. Dulu guru bebas untuk mengutarakan
pendapat apapun dalam mengajar, entah itu mendidik atau kurang dari kata
mendidik. Mau nyuruh muridnya berbuat apapun juga sah. Toh jaman itu murid
cuman nurut ama guru. Coba dibandingkan dengan guru jaman sekarang, entah itu
salah atau bener, asik atau enggak pelajarannya. Pasti murid-muridnya update
status pembelajaraanya ke facebook. Nah, susah kan jadi guru zaman sekarang,
gerak dikit, update, guru mau lempar penghapus, update.
Yang
palng absurd, adalah perubahan makna akronim dari GURU. Kalau dulu orang jawa
bilang akronin dari GURU adalah DiGugu lan DitiRu, (intinya menjadi contoh)
jadi seperti kata pepatah jikalau “guru kencing berdiri maka murid akan ikutan
kencing berdiri dibelakang guru” (kayak kencing berjamaah). Kalau sekarang
akronim dari GuRu adalah diGuyu lan Ditinggal tuRu ( diketawaain dan ditinggal
tidur) udah kayak pelawak yang garing deh guru zaman sekarang. Sesuia dengan
pepatah sekarang ini “ Jika guru kencing berdiri maka murid akan mengencingi
gurunya dari belakangnya”. Nah loh!!!!!!!
Sekian
dulu observasi geje gue, semoga kita bisa mengambil hikmah, kalo gak bisa
mengambil hikmah, jangan kencingin tulisan gue yah.
No comments:
Post a Comment