Thursday 28 February 2013

Observasi Geje Guru jaman dulu ama jaman sekarang


Beidewe,,, kemarin iseng-iseng gue nanya-nyanya sama nyokap gimana sih zaman dia sekolah dulu. Dan setelah banyak bercerita ada beberapa hal yang berbeda dari pengajar zaman dahulu dengan pengajar zaman sekarang.
          Pertama, zaman nyokab dulu sekolah, pengajar itu gak ada bedanya sama  penceramah. Dan itu berdampak pada orang tua zaman sekarang. Orang tua zaman sekarang cenderung sering menceramahi anaknya. Jadi jangan salahkan orang tua kalian kalau kalian di ceramahi, karena itu adalah andil besar dari guru-guru mereka zaman dahulu. Berbeda dengan pengajar zaman sekarang, yang lebih suka membebaskan muridnya untuk belajar sendiri. Datang ke kelas mengabsen, memberikan bahan dan menyuruh muridnya untuk mendiskusikan hal itu. Nah makanya anak-anak zaman sekarang lebih suka berdiskusi di kelas waktu di ajar sama guru, bahkan ketika ujian pun murid-murid juga berdiskusi. Maka dari itu jangan salahkan murid jikalau ketika di kelas ramai berdiskusi sendiri, atau ketika ujian saling tanya sesama teman. Itu bukan salah murid semata, karena andil guru juga.
          Kedua, guru zaman dulu lebih punya kekuasaan mutlak atas muridnya. Guru zaman dulu ketika di kelas sangat berwibawa, sehingga ketika berceramah di kelas murid akan mendengarkan dengan serius dan  seksama. Muridpun tidak akan merasa mengantuk ketika diceramahi guru, karena ketika murid mengantuk dan ketahuan tidur dikelas, guru mempunyai senjata untuk membuat muridnya tidak mengantuk. Yaitu, papan penggaris dan penghapus. Ketika murid mengantuk, radar di penggaris atau di penghapus berbunyi, dan pada saat itu guru langsung merespon dengan mengayunkan atau melemparkan papan penggaris atau penghapus itu ke arah murid yang mengantuk. Sehingga seketika itu hilang lah rasa kantuk muridnya. ( tipis yah bedanya berwibawa sama sadis). Nah, kalau guru zaman sekarang tidak bisa melakukan aplikasi semacam itu kepada muridnya. alasannya simpel, guru jaman sekarang tidak bisa melakukan hal serupa, karena murid udah pinter untuk melawan kehendak gurunya. Sebagai contoh nih, kalo ada murid yang mengantuk di kelas, trus guru itu nglempar pake penghapus, murid bakalan bangun tapi setelah bangun dilempar balik gurunya pakai papan. Jika seperti itu pasti akan berakhir dengan rebut. Dan hasilnya muridlah yang akan menang, karena apa? Karena murid mempunyai KPAI. Jadi kalau di pukul sama guru tinggal lapor deh ke kak seto. Aman kan aman cuyyy!!!!!
          Yang ketiga, dan yang paling pamungkas nih. Dulu guru bebas untuk mengutarakan pendapat apapun dalam mengajar, entah itu mendidik atau kurang dari kata mendidik. Mau nyuruh muridnya berbuat apapun juga sah. Toh jaman itu murid cuman nurut ama guru. Coba dibandingkan dengan guru jaman sekarang, entah itu salah atau bener, asik atau enggak pelajarannya. Pasti murid-muridnya update status pembelajaraanya ke facebook. Nah, susah kan jadi guru zaman sekarang, gerak dikit, update, guru mau lempar penghapus, update.
          Yang palng absurd, adalah perubahan makna akronim dari GURU. Kalau dulu orang jawa bilang akronin dari GURU adalah DiGugu lan DitiRu, (intinya menjadi contoh) jadi seperti kata pepatah jikalau “guru kencing berdiri maka murid akan ikutan kencing berdiri dibelakang guru” (kayak kencing berjamaah). Kalau sekarang akronim dari GuRu adalah diGuyu lan Ditinggal tuRu ( diketawaain dan ditinggal tidur) udah kayak pelawak yang garing deh guru zaman sekarang. Sesuia dengan pepatah sekarang ini “ Jika guru kencing berdiri maka murid akan mengencingi gurunya dari belakangnya”. Nah loh!!!!!!!
          Sekian dulu observasi geje gue, semoga kita bisa mengambil hikmah, kalo gak bisa mengambil hikmah, jangan kencingin tulisan gue yah.

No comments:

Post a Comment

Followers