Setelah sabtu kemarin gue nulis
tentang the power of kids, gue semakin terjerembab dalam kenangan masa kecil
gue yang mana banyak banget kisah yang bisa menjadi bahan perenungan buat gue
sendiri. Masa kecil yang bebas berkreasi, berimajinasi dan bebas pipis
sembarangan. Beidewei gue semakin getol buat nulis ini ketika gue inget – inget
kejadian pas wisuda kemarin. Pagi banget sebelum gue berangkat wisuda dengan
sengaja gue makan biji trembesi yang sudah disangrai alias matang dan layak
makan pokoknya. FYI aja nih yah, ketika masih kecil gue nemuin yang namanya
“Kentut quiet and kill” nah kegemaran memakan biji trembesi itulah yang secara
gak langsung membuat gue menemukan kentut jenis itu, kalo anak kecil yang lain
suka makan kwaci la kalo gue milih suka makan biji trembesi sangrai itu. Usut
punya usut jika elu makan biji trembesi sangrai akan membuat produksi gas di
perut makin ekstream, dan ketika gas alam itu keluar sama sekali tak
menimbulkan suara tetapi baunya akan menyebabkan impotensi, gangguan kehamilan,
kanker paru – paru dan bahkan bisa membuat kelainan minat dan bakat terhadap
udara yang akan dihirup *oke yang barusan lebay*.
Dan setelah menemukan proses tersebut, maka pertumbuhan produksi gas kentut “quiet and kill” berbanding lurus dengan banyaknya jumlah biji trembesi sangrai yang kita makan oleh karena itu jumlah makhluk hidup yang pingsan juga berbanding lurus dengan gas kentut yang keluar dari pantat gue. Dan itu sengaja gue lakuin pas hari wisuda gue, suasana di gedung tempat wisuda mendadak sedikit gaduh setiap kali gue ngluarin gas tersebut, dan semakin luas penyebaran baunya karena gedung tempat wisuda gue itu ber AC. Senyap dan membunuh tanpa jadi tertuduh *ketawa sadis*.
Dan setelah menemukan proses tersebut, maka pertumbuhan produksi gas kentut “quiet and kill” berbanding lurus dengan banyaknya jumlah biji trembesi sangrai yang kita makan oleh karena itu jumlah makhluk hidup yang pingsan juga berbanding lurus dengan gas kentut yang keluar dari pantat gue. Dan itu sengaja gue lakuin pas hari wisuda gue, suasana di gedung tempat wisuda mendadak sedikit gaduh setiap kali gue ngluarin gas tersebut, dan semakin luas penyebaran baunya karena gedung tempat wisuda gue itu ber AC. Senyap dan membunuh tanpa jadi tertuduh *ketawa sadis*.
Seiring berkembangnya zaman, gue
banyak temuin anak kecil yang menjadi penemu – penemu keren, yah yang pastinya
gak sekeren gue nemuin kentut “Quiet and Kill” gitcuuu lochhh *ala – ala Ababil*.
Semisal ada yang menemukan kancut anti pelecehan seksual, ada juga nemuin helm
anti gagar otak, gue berharap sih ada anak yang bakal nemuin TV anti sinetron
gak jelas. Suka geram juga kalo liat TV, mendadak TV dirumah jadi kebun
binatang gaes semenjak ada sinetron yang judulnya makek nama hewan semua
(ngikutin tren dangdut kali yah). Ada gelo – gelo srigala, si otan manusia
macan, tetanggaku buaya putih, temanku ubur – ubur darat. Lengkap dan
terpelihara ngalahin kebun binatang Surabaya deh pokoknya. Sebenarnya gue gak
heran dan malah salut sama anak kecil seperti mereka, memang pada dasarnya
begitulah dunia mereka, penuh dengan kreatifitas, dan berani mencoba untuk
bereksperimen dengan hal baru ditambah lagi dengan pengarahan yang kece dari
ortu mereka menjadikan mereka penemu yang keren, yah walaupun gak sekeren gue
si “penemu kentut”.
Masa kecil juga masa dimana kita bebas
berimajinasi. Berimajinasi kalo doraemon itu kucing vegetarian, karena dia
lebih suka kue dorayaki daripada ikan asin, berimajinasi masuk kedalam kisah
kartun yang disukai, misal adek cewek gue yang selalu berimajinasi punya rumah
pohon ketika lihat kartun marsupilami. Gak kayak orang dewasa yang
berimajinasinya di dalam jamban tau sendiri lah ya imajinasinya orang dewasa itu
apa, *backsound oh ohhh ohh ohhh I love my hand ohh ohh ohh ohh ohh!!! eh maav
keenakan, ohhh ohhh ohh ohh ohhh!!!, eh maav lagi keterusannn,
oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!, yang barusan typo. Gue sendiri punya imajinasi masa
kecil yang terkadang gue imajinasiin dimasa gue sekarang. Waktu gue kecil itu
gue bloonnya lumayan akut, bandelnya juga gak ketulungan. Hal itu membuat gue
dapet panggilan sayang dari orang sekitar gue yaitu “Wido” keren kan? Padahal Wido
itu akronim dari Widi bodo. Saking parahnya kelakuan gue itu, ibu gue pun mulai
membuat crita yang aneh – aneh. Kata ibu, gue itu adalah anak pohon pisang, gue
dulu katanya ditemuin dalam keranjang dibawah pohon pisang sewaktu habis surut
banjir. Hal itu ibu lakukan supaya gue ngerti gimana susahnya mereka merawat
gue dengan kasih sayang dan sebenarnya gue ngerti kalo saat itu, gue nyusahin
banget. Pada awalnya gue nggak berimajinasi aneh – aneh tentang cerita anak
pohon pisang versi ibu gue tersebut, tapi setelah gue membaca cerita tentang
Nabi Musa AS, gue jadi berimajinasi kalo gue itu anak orang tajir trus karena
keluarga mereka tak menghendaki anak laki – laki yang gantengnya gak ketulungan
kaya gue gini lalu gue dibuang dengan cara dihanyutkan disungai, kemudian gue
ditemukan oleh ibu gue, lalu gue dirawat kayak anaknya sendiri. Akhir – akhir
ini gue ceritain hal itu ke ibu gue, belom selesai gue cerita ibu tertawa
terdahak – dahak sambil lari ke jamban dan bilang “widooo ibu keceret”.(baca:
terkencing-kencing)
Seiring berkembangnya zaman, gue
ngrasa banyak kemajuan sekaligus kemunduran di era anak kecil zaman sekarang.
kalau zaman gue kecil dulu, banyak waktu gue habisin ama temen-temen walaupun
setiap main ama mereka gue selalu jadi bahan buat di-bully ataupun dijadiin
kambing hitam, semisal ketika gue dulu diajakin main petak umpet dan mulai awal
sampai akhir permainan gue selalu jadi yang jaga, entah konspirasi apa yang
mereka mainkan atau memang karena waktu itu gue emang bego banget. Hal ini gak
gue temuin di zaman sekarang, semuanya telah berubah semenjak kulit manggis ada
eksraknya, yang mana membuat si kulit duren tidak terima lalu membuat ekstrak
kulit duren “tandingan”. *barusan usaha gue supaya tulisan gue lebih banyak
isinya*. Semuanya berubah ketika anak kecil sekarang lebih suka menghabiskan
waktu di depan computer, entah di warnet atau di rumah. Belum juga munculnya HP
pintar, Tablet, pil, oplosan oplosan oplosan oplosan hasek hasek jossshh!!
Mereka sekarang cenderung kehilangan jiwa social ketika sudah asik dengan game
online ataupun hal – hal yang ada di perangkat elektronik tersebut. Actually, selayaknya
ada perhatian khusus buat mereka agar gak jadi anak yang acuh sama keadaan
sekitar dan lupa tugasnya sebagai pelajar. Hal itu yang akhir – akhir ini
menjadi perhatian buat adek gue yang paling kecil. Gue selalu negesin sama dia,
elu boleh main game sepuasmu dek, asal nilai rata-rata sekolah lu gak kurang
dari 80, ngegame penting buat refreshing, tapi belajar lebih penting.
Banyak kisah masa kecil yang
nantinya mempengaruhi kita di masa depan, kalo kata iklan sih, “apa yang kita
mulai menentukan hasil yang kita dapat”. In the other hand, I can say, hal –
hal yang kita alamin di masa kecil bisa menjadi panduan atau inspirasi kita di
masa yang akan datang untuk berkarya dan pada akhirnya menentukan hasil yang
akan kita dapat. So, mari kita ungkap lagi masa kecil kita secara tajam setajam
Silit. *sory typo maksudnya silet gaes*
No comments:
Post a Comment